Malang – Dua tahun yang lalu, tepatnya pada 2012, Kota Malang telah mendeklarasikan diri sebagai Kota Pendidikan Inklusif. Sejak saat itu, pemerintah kota mengajak setiap sekolah di segala jenjang pendidikan menyiapkan diri menerima Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) . Kini, setelah dua tahun berlalu, ada sekitar 130 sekolah yang siap menerima siswa ABK.
Idayu Astuti selaku Kepala Pengawas Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Inklusif Dinas Pendidikan Kota Malang mengatakan hal itu saat selesai rapat koordinasi dengan para dewan guru di SLB Idayu 2 di Pakis pada Senin (11/8). Semakin banyaknya sekolah yang menerima ABK, Idayu menyarankan agar pemerintah memberi dukungan. “Sehingga ketika sekolah menerima ABK, pihak sekolah siap dengan infrastrukturnya,” kata ibu yang giat mendorong terwujudnya pendidikan inklusif di Kota Malang itu.
Tumbuhkan Percaya Diri Anak
Dari 130 sekolah yang ada, Idayu mengatakan jumlah terbanyak ada di tingkatan sekoah dasar. Sementara itu, SMK Negeri 2 Malang salah satu sekolah inkusif di Kota Malang melalui Waka Humasnya menjelaskan bahwa pertambahan jumlah siswa difabel di sekolah terus meningkat. “Tahun ajaran baru ini ada 25 siswa yang difabel,” ungkap Lasmono selaku Waka Humas.
Di SMK Nnegeri 2 Malang, terdapat unit khusus yang melayani keberadaan difabel. Di unit itu, tersedia kelas dan guru pendamping untuk siswa difabel. SMK Negeri 2 Malang tercatat sebagai sekolah inklusif pertama di Kota Malang sejak 2007.
Di tempat terpisah, SMA Luar Biasa Yayasan Putra Pancasila (YP) 2 melalui kepala sekolahnya, Lilik Sulistyawati mengharapkan akan adanya kesadaran masyarakat terhadap keberadaan remaja difabel. “Secara umum, yang penting anak-anak difabel diberi rasa percaya diri,” ungkapnya.