Malang – Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) Universitas Brawijaya Malang mengeluarkan hasil survey tentang pemahaman masyarakat terkait pendidikan inklusif di Kota Malang. Dari data survey yang dipaparkan, 41 persen masyarakat Kota Malang ternyata tidak mengenal istilah pendidikan inklusif.
Sedangkan 29,29 persen pernah mendengar namun tidak mengetahui. 20.20 persen menjelaskan masyarakat Kota Malang tahu namun kurang paham. Sisanya 9.09 persen menjawab tahu dan paham tentang pendidikan inklusif.
Menurut Ulfa Fatma Rizky salah satu staf di PSLD, masyarakat Kota Malang perlu diberi sosialisasi tentang pendidikan inklusif. Ketidak tahuan masyarakat Kota Malang tentang pendidikan inklusif akibat kurangnya sosialisasi kepada mereka. Padahal, sejak 2012 Kota Malang telah mendeklarasikan sebagai kota pendidikan inklusif.
“Mereka tidak tahu apa itu pendidikan inklusif. Karena kita ada di kota, maka pemerintah kota harusnya melakukan sosialisasi,” jelasnya.
Alasan lain masih sedikitnya nilai persentase masyarakat yang mengetahui pendidikan inklusif karena bisa jadi mereka tidak punya sanak saudara yang difabel.
Pusat Studi Dan Layanan Disabilitas (PSLD) Universitas Brawijaya Malang mendesak agar pemerintah lebih giat lagi melakukan sosialisasi terkait pendidikan inklusif kepada masyarakat Malang. Apalagi 2015 mendatang Kota Malang akan menjadi kota inklusif. “Kalau kita di ranah universitas hanya menyosialisasikan seleksi program khusus,” kata Ulfa menyudahi.