Hanya 35 Persen Anak Difabel yang Mengakses Pendidikan

Surakarta- Baru 35% Anak Berkebutuhan Khusus yang terakses pendidikan di Indonesia. Demikian paparan angka yang disampaikan oleh Munawir Yusuf, konsultan nasional pendidikan ABK yang juga dosen di Program Studi Pendidikan Luar Biasa (PLB) UNS Sebelas Maret pada Talkshow “ABK Juga Berprestasi” yang dihelat oleh Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) cabang Surakarta bekerja sama dengan Pusat Pengembangan Potensi Anak Berkebutuhan Khusus Mitra Ananda. Acara yang diselenggarakan di Mitra Ananda Pusat Pelatihan dan Pengembangan Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (PPRBM) Prof. Dr Soeharso Colomadu pada Sabtu (27/9/2014) tersebut dihadiri oleh 94 peserta sebagian besar mahasiswa dan pendidik di Mitra Ananda Colomadu.

Dalam makalah yang berjudul Memahami Anak Berkebutuhan Khusus, Munawir Yusuf juga mengemukakan tentang pemahaman yang keliru pada masyarakat awam bahwa ABK tidak dapat dididik, sekolah yang cocok bagi ABK hanyalah SLB, ABK tidak bisa berprestasi dan tidak akan sukses dalam hidup. Menyangkut tentang pendidikan inklusi di Indonesia, Munawir mengatakan bahwa baru 60 kota/kabupaten yang mengikrarkan pendidikan inklusi di daerahnya.

“Dan bisa saya bahasakan bahwa ketika memproklamirkan Indonesia merdeka pun, negara kita masih harus berjuang dengan keras. Ini nyaris sama ketika pendidikan inklusi dicanangkan, bahwa proses ini akan terus berjalan,” jelas Munawir.

Selain Munawir Yusuf, Talkshow juga menghadirkan narasumber Siti Nurroinie psikolog dari YPAC Surakarta. Siti Nurroinie mengangkat tema Optimalisasi Dini Anak Berkebutuhan Khusus. Lebih menekankan kepada penerimaan orangtua ABK, Siti menceritakan pengalaman pribadinya sebagai difabel daksa polio bagaimana orangtua dan keluarganya memberikan dukungan penuh untuk pendidikan dan kemandiriannya.

Kristin, seorang peserta dari Purwodadi Grobogan dan ibu dari anak autis menyampaikan kesan atas Talkshow, “Semua orangtua ABK semoga merasa ikhlas dan sabar. Juga ingin saya sampaikan kepada khalayak bahwa jangan memandang rendah anak-anak kami. Bahwa semua orangtua mempunyai tugas kewajiban yang sama yakni mewujudkan impian anak-anaknya.”

Susatyo Yuwono, ketua HIMPSI cabang Surakarta sekaligus ketua panitia Talkshow saat ditemui Solider menyatakan bahwa tujuan acara ini untuk memberikan pemahaman yang benar dan tepat kepada masyarakat tentang Anak Berkebutuhan Khusus. Ditanya tentang sepak terjang HIMPSI, Susatyo mengatakan bahwa pihaknya selama ini telah menjalin kerja sama dengan lembaga pendidikan inklusi dan sekolah autis juga beberapa perguruan tinggi seperti Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dan Universitas Sebelas Maret. “Kami juga memberi layanan psikologi di Solo Car Free Day,” pungkas dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta ini.

This entry was posted in Edukasi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *