Yogyakarta- Hisyam Ali, 17 tahun, sudah lima kali mengkhatamkan kitab Al-Qur’an sekaligus menghafalkan dua juz.
“Juz 29, Surat (67) Al-Mulk ayat 1-77 dan Juz 30, Surat (78) An-Nabaa ayat 1 – 114, yang sudah saya hafalkan,” ungkap siswa kelas 9 SMP Yapenas Yogyakarta ini dengan terbata-bata.
“Sehari-hari, selain belajar membaca dan berlatih pelajaran sekolah, ayah selalu menganjurkan saya untuk juga membaca dan berlatih dengan benar melafalkan ayat-ayat Al-Qur’an. Namun demikian lafal saya tidak seperti yang saya maksudkan. Ayah selalu mendorongku dan berkata, “tidak apa-apa, Allah Maha Tahu apa yang ingin kamu ucapkan,” ujarnya lagi. Hal tersebut mendorong dan menyemangati Hisyam untuk tekun mebaca dan terus menghafalkan Al-Qur’an.
Sulung dari pasangan Muhammad Ali Suhadi (42) dan Hikmah Fitrah (37) ini terbiasa hidup mandiri. Ayahnya yang seorang pemilik pondok pesantren itu, memperlakukan Hisyam sama dengan kedua adiknya yang lain. “Lebih sabar malahan ayah mengajariku membaca huruf-huruf Al-Qur’an,“ lanjut Hisyam.
Cerebral Palsy Yang Mandiri, Bercita-cita Jadi Kyai
Untuk menempa Hisyam menjadi pribadi yang mandiri, orangtuanya menyekolahkan Hisyam di luar daerah. Kelas 3 sampai dengan 6 Sekolah Dasar (SD), Hisyam sekolah di Salatiga dan kos di rumah kerabatnya. SMP kelas 1 sampai dengan kelas 2 kembali bersekolah di Kalimantan dan berkumpul dengan kedua orang tua dan adik-adiknya. Kelas 9 SMP, kembali Hisyam dikirim ke luar daerah untuk sekolah di SMP Yapenas, tinggal di kos dekat sekolah.
Hisyam yang tidak asing tinggal sendiri, tertempa menjadi pribadi yang mampu mengatasi masalah dan kebutuhannya sendiri. “Saya belanja dan memasak sendiri, mencuci baju sendiri, berangkat ke sekolah sendiri dengan berjalan kaki, dan yang lain-lain saya lakukan sendiri,” ungkapnya.
“Saya ingin punya pondok pesantren di tanah kelahiran saya di Kalimantan, untuk itu saya terus belajar memahami, melafalkan dengan benar, menghafalkannya dan juga belajar hidup mandiri. Iya menjadi Kyai seperti ayah saya,” demikian Hisyam menjawab pertanyaan tentang cita-citanya.
“Hisyam adalah siswa baru di kelas 9 SLB Yapenas. Dia mendaftar sekolah dengan diantar ibunya. Ingin anaknya mandiri adalah alasan Hisyam, bocah dengan CP disekolahkan di luar daerah, bahkan luar provinsi,” ujat Marjani, M.Pd., Kepala SLB Yapenas menyampaikan pada Solider, (Senin, 18/8/2014).
“Nilai raportnya juga cukup bagus, Hisyam tidak termasuk anak CP yang juga mengalami gangguan pada otaknya, sehingga dia masih mampu untuk bersekolah layaknya anak non difabel,” pungkas Marjani siang itu.