Surakarta-Kepala Pusat Studi Difabilitas, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UNS Sebelas Maret Drs. Subagya, M.Si memberi apresiasi tentang mahasiswa baru difabel. Ditemui di lantai 3 gedung E Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS Sebelas Maret, Jumat (22/8/2014) Subagya menyatakan bahwa pihaknya diminta untuk memberi kontribusi ke universitas bagaimana agar tidak menyalahi aturan calon mahasiswa difabel ini karena UNS dinilai sebagai perguruan tinggi inklusi.
“Tugas saya memberikan Naskah Akademik (NA). Oleh Pak Rektor sudah dikaji dan bahkan langsung dikirim ke forum rektor seluruh Indonesia. Selanjutnya terserah Forum Rektor dan kebijakan selanjutnya”,tuturnya.
Ditanya tentang peluang siswa berprestasi untuk kuliah di UNS, Subagya menjawab bahwa lewat Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) Jawa tengah yang dipimpinnya sudah menyarankan kepada dinas kabupaten dan kota lewat kantor dinas Provinsi Jawa Tengah bahwa anak berkebutuhan khusus yang mempunyai prestasi luar biasa, berikan surat akses untuk kuliah ke perguruan tinggi.
“Tuna netra dan tuna daksa yang menjadi juara Olmpiade Matematika dan IPA , maka akseskan mereka ke perguruan tinggi. Tidak hanya UNS Sebelas Maret saja tetapi juga perguruan tinggi lainnya. Masa, juara olimpiade tidak diterima di perguruan tinggi kan aneh. Seperti Novi siswi difabel netra dari Banjarnegara yang saat ini tengah mempersiapkan diri jelang OSN, dia tidak hanya cerdas tetapi lebih dari cerdas,”tegas Subagya.
Berikan Akses Difabel Grahita untuk Berkuliah
Disinggung soal batasan jumlah mahasiswa difabel yang bisa diterima kuliah di UNS Sebelas Maret, Subagya tak membatasi. Artinya mempersilakan jika panitia penerimaan mahasiswa baru ada kuota, dan kalau melebihi kuota silakan diseleksi lagi.
“Kali ini baru satu mahasiswa difabel, bukan empat atau lima. Andaikan ada kuota dan itu lebih, silakan nanti diseleksi. Ketika saya memberi masukan kepada rektor, saya tidak hanya berbicara tentang tuna netra saja tetapi juga difabel lain termasuk tuna grahita. Tuna grahita itu juga bisa kuliah di UNS. Ambil di politeknik D3, ambil jurusan baru perhotelan, terus spesialisasinya misalkan tata ranjang (housekeeping-red), 3 tahun berkuliah bisa menata kamar atau sebagai peñata taman dan hanya bisa ‘tengkyu’ dan ‘welcome’,” tuturnya.
“Masa tidak bisa yang hanya begitu, pasti bisa. Mereka kan berhak. Kurikulumnya bekerja sama dengan asosiasi perhotelan dan tahu yang dibutuhkan dia itu apa, masa tidak bisa. Kalau begitu kan hebat. Saya sebatas memberi masukan. Masukan saya adalah tes masuknya bagaimana, pembelajarannya gimana. Itu sudah terperinci di Naskah Akademik”pungkas Subagya.