Malang – Masih dalam semarak Hari Difabel Internasional (HDI), Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) Universitas Brawijaya (UB) menyelenggarakan difabel zone pada Jumat siang, (5/12/2014) di sebelah kantor PSLD. Dalam event itu, empat mahasiswa nondifabel merasakan menjadi seperti seorang difabel. Mereka beraktivitas layaknya seorang difabel netra dan tuli.
Difabel zone adalah sebuah orientasi yang dilakukan oleh nondifabel dengan menjadi seperti difabel. Mereka ditutup matanya, lalu diajak oleh seorang pendamping berjalan melewati celah-celah meja, naik turun tangga hingga membaca huruf Braile. Panitia penyelenggarasengaja mengadakan Difabel zone dengan tujuan agar para mahasiswa yang nondifabel bisa mengenal lebih dekat tentang difabel.
“Supaya nondifabel dapat merasakan bagaimana rasanya menjadi difabel dan memunculkan ide-ide terhadap isu difabel,” kata Husein selaku panitia acara.
Di tempat yang sama, salah seorang peserta Difabel zone menceritakan pengalamannya saat menjadi seperti tunanetra. Putri Ayu Intan Nirwana mahasiswi Jurusan Peternakan itu menjelaskan kalau dia merasa bingung saat semua yang dilihatnya gelap. “Rasanya semua gelap, terus rasanya ini, itu di mana. Jalan aja susah,” pungkasnya.
Setelah melewati aktivitas difabel zone, para mahasiswa berdiskusi tentang pengetahuan mereka terkait difabel.
Sementara itu, Pembantu Rektor 3 Universitas Brawijaya Malang Ainur Rasyid mengomentari keberadaan mahasiswa difabel di kampusnya harus didampingi dan disediakan sarana yang memadai.
Ainur Rasyid memberi apresiasi kepada para mahasiswanya yang difabel karena ternyata IPK mereka terbilang bagus. Salah satunya Husein Doel mahasiswa pengguna kursi roda asal Surakarta itu tercatat mendapatkan nilai IPK 3,92.
“Kampus harus menyiapkan pendamping dan fasilitas yang mendukung untuk menunjang akademik difabel,” terangnya saat ditemui di gedung rektorat.