Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa dilepaskan dari manusia lain. Ada pola ketergantungan dalam hubungan anta manusia satu dengan manusia lainnya. Komunikasi menjadi suatu hal penting dalam menjembatani hubungan ini. Perbedaan latar belakang masing-masing membawa corak komunikasi yang berbeda pula. Untuk mengefektifkan komunikasi dan meminimalisir perbedaan corak komunikasi, diperlukan kemampuan asertif.
Asertif berasal dari kata asing to assert yang berarti menyatakan dengan tegas. Menurut Lazarus (Fensterheim, l980), pengertian perilaku asertif mengandung suatu tingkah laku yang penuh ketegasan yang timbul karena adanya kebebasan emosi dan keadaan efektif yang mendukung yang antara lain meliputi: menyatakan hak-hak pribadi, berbuat sesuatu untuk mendapatkan hak tersebut, melakukan hal tersebut sebagai usaha untuk mencapai kebebasan emosi. Sedangkan Taumbmann (l976) menyatakan bahwa asertif adalah suatu pernyataan tentang perasaan, keinginan dan kebutuhan pribadi kemudian menunjukkan kepada orang lain dengan penuh percaya diri. Alberti dan Emmons (Gunarsa, S.D. l98l) mengatakan bahwa orang yang memiliki tingkah laku asertif adalah mereka yang menilai bahwa oraang boleh berpendapat dengan orientasi dari dalam, dengan tetap memperhatikan sungguh-sungguh hak-hak orang lain. Perilaku asertif adalah tingkah laku interpersonal yang mengungkap emosi secara terbuka, jujur, tegas dam langsung pada tujuan sebagai usaha untuk mencapai kebebasan emosi dan dilakukan dengan penuh keyakinan diri dan sopan.[1]
Sikap asertif telah berhasil diterapkan oleh Titik Isnani (37) difabel asal Kecamatan Musuk, Boyolali. Perempuan yang akrab dipanggil Isnani ini merasa senang bisa meningkatkan sensitivitas difabel dari teman-teman di Forum Komunikasi Ustad/Ustadzah Musuk (Fokus). Dia juga berhasil menginklusikan peserta kegiatan yang baru-baru ini diikutinya.
Inklusikan Jambore Guru TPQ Soloraya
Teman-teman di Fokus mengusulkan Isnani mengikuti jambore Lembaga Koordinasi Gerakan (LPG) guru Taman Pendidikan AlQuran (TPQ) di wilayah Soloraya. Kegiatan ini bertempat di Asrama TNI Kostrad 413 Samber Nyawa Karanganyar dan dilaksanakan pada Minggu (6/10) lalu. Hadir dalam acara ini Sabar Gorky difabel yang sukses menancapkan merah-putih di puncak tertinggi Eropa, Elbrus pada 2011. Sabar hadir sebagai motivator.
Di antara 1000 peserta yang datang ada 3 orang difabel yang ikut berpartisipasi, ketiganya merupakan tunadaksa. Penyelenggaraan maupun akomodasi acara yang belum aksesibel membuat perempuan berkursi roda ini mengalami banyak kesulitan. Sementara teman Fokus lainnya tidak selalu berada di dekatnya. Menghadapi permasalahan ini Isnani selalu berkomunikasi secara lisan mengungkapkan kebutuhannya. Di berbagai kesempatan dia tidak segan-segan meminta bantuan bahkan dari peserta lain yang baru dikenalnya.
Hasilnya panitia maupun peserta lainnya tidak segan-segan membantu, seperti mengangkatnya dari kursi roda ketika turun dari bis, ataupun membantunya ketika makan siang. Dia merasa senang berhasil menginklusikan acara tersebut. Menurutnya dengan bersikap terbuka dan berani meminta bantuan ketika merasa kesulitan merupakan kunci suksesnya menginklusikan kegiatan.
Isnaini mengikuti seluruh rangkaian acara, kecuali sesi outbond. Perempuan yang juga bendahara Forum Komunikasi Difabel Boyolali (FKDB) ini sebenarnya sayang melewatkan sesi satu itu, namun karena permainannya dilakukan di daerah terjal dan ada semacam permainan memanjat dia tidak bisa mengikutinya. Isnani memberikan rekomendasi ke panitia supaya penyelenggaraan tahun depan bisa aksesibel, sehingga difabel bisa mengikutinya tanpa kesulitan.